Perubahan iklim juga berdampak pada perubahan musim tanam (pola tanam),
irigasi, ketersediaan air yang berpengaruh pada sektor pertanian. Orang
mungkin beranggapan bahwa Bumi yang hangat akan menghasilkan lebih
banyak makanan dari sebelumnya, tetapi hal ini sebenarnya tidak sama di
beberapa tempat. Bagian Selatan Kanada, sebagai contoh, mungkin akan
mendapat keuntungan dari lebih tingginya curah hujan dan lebih lamanya
masa tanam.
Di lain pihak, lahan pertanian tropis semi kering di beberapa
bagian Afrika mungkin tidak dapat tumbuh. Daerah pertanian gurun yang
menggunakan air irigasi dari gunung-gunung yang jauh dapat menderita
jika snowpack (kumpulan salju) musim dingin, yang berfungsi sebagai
reservoir alami, akan mencair sebelum puncak bulan-bulan masa tanam.
Tanaman pangan dan hutan dapat mengalami serangan serangga dan penyakit
yang lebih hebat.
Hewan dan tumbuhan menjadi makhluk hidup yang sulit menghindar dari
efek pemanasan ini karena sebagian besar lahan telah dikuasai manusia.
Dalam pemanasan global, hewan cenderung untuk bermigrasi ke arah kutub
atau ke atas pegunungan. Tumbuhan akan mengubah arah pertumbuhannya,
mencari daerah baru karena habitat lamanya menjadi terlalu hangat. Akan
tetapi, pembangunan manusia akan menghalangi perpindahan ini.
Spesies-spesies yang bermigrasi ke utara atau selatan yang terhalangi
oleh kota-kota atau lahan-lahan pertanian mungkin akan mati. Beberapa
tipe spesies yang tidak mampu secara cepat berpindah menuju kutub
mungkin juga akan musnah.
Beberapa tahun terakhir ini, terjadi perubahan iklim dan telah
dirasakan berdampaknya pada pertanian, ketahanan pangan, kesehatan
manusia, dan permukiman, termasuk sumber daya air dan keanekaragaman
hayati.
Pemanasan global mengakibatkan dampak yang luas dan serius bagi
lingkungan bio-geofisik (seperti pelelehan es di kutub, kenaikan muka
air laut, perluasan gurun pasir, peningkatan hujan dan banjir, perubahan
iklim, punahnya flora dan fauna tertentu, migrasi fauna dan hama
penyakit, dsb).
Dampak bagi aktivitas sosial-ekonomi masyarakat meliputi :
1.gangguan terhadap fungsi kawasan pesisir dan kota pantai.
2.gangguan terhadap fungsi prasarana dan sarana seperti jaringan jalan, pelabuhan dan bandara
3.gangguan terhadap permukiman penduduk,
4.pengurangan produktivitas lahan pertanian
5.peningkatan resiko kanker dan wabah penyakit, dsb).
Ancaman Produksi Pangan
Global warming mempengaruhi pola presipitasi, evaporasi, water
run-off, kelembaban tanah dan variasi iklim yang sangat fluktuatif yang
secara keseluruhan mengancam keberhasilan produksi pangan. Kajian
terkait dampak perubahan iklim pada bidang pertanian oleh National
Academy of Science/NAS (2007) menunjukkan bahwa pertanian di Indonesia
telah dipengaruhi secara nyata oleh adanya variasi hujan tahunan dan
antar tahun yang disebabkan oleh Austral-Asia Monsoon and El
Nino-Southern Oscilation (ENSO).
Sebagaimana dilaporkan oleh FAO (1996), kekeringan akibat kemarau
panjang yang merupakan efek El Nino pada tahun 1997 telah menyebabkan
gagalnya produksi padi dalam skala yang sangat besar yaitu mencakup
luasan 426.000 ha. Selain tanaman padi, komoditas pertanian non-pangan
yang lain seperti kopi, coklat, karet dan kelapa sawit juga mengalami
penurunan produksi yang nyata akibat adanya kemarau panjang. Suatu
simuasi model yang dikembangkan oleh UK Meteorgical Office sebagaimana
dilaporkan DFID (2007), memprediksikan bahwa perubahan cuaca akan
menurunkan produksi pangan di Jawa Barat dan Jawa Timur akibat penurunan
kesuburan tanah sebesar 2-8 persen.
Degradasi kesuburan lahan tersebut akan memicu penurunan produksi
padi 4 persen per tahun, kedele sebesar 10 persen serta produksi jagung
akan mengaklami penurunan luar biasa sampai dengan 50 persen.
Menurut laporan Rossane Skirble (2007), perubahan cuaca dan
pemanasan global dapat menurunkan produksi pertanian antara 5-20 persen.
Negara-negara dengan kondisi geografis yang lebih khusus seperti India
dan Afrika akan mengalami penurunan produksi pertanian yang lebih tinggi
lagi.
STRATEGI ADAPTASI
Dampak perubahan iklim pada peningkatan temperatur sebenarnya sudah
ditengarai sejak tahun 1990-an. DFID (Department for International
Development, badan dari pemerintah Inggeris yang mengurusi bantuan
pembangunan untuk negara-negara lain) dan World Bank (2007) melaporkan
rata-rata ke-naikan suhu per tahun sebesar 0.3 derajat celsius. Pada
tahun 1998 terjadi kenaikan suhu yang luar biasa mencapai 1 derajat
celsius. Indonesia diprediksi akan mengalami lebih banyak hujan dengan
perubahan 2-3 persen per tahun.
Intensitas hujan akan meningkat, namun jumlah hari hujan akan
semakin pendek. Dampak yang nyata adalah meningkatnya risiko
banjir. Secara umum, perubahan cuaca akan memicu kemarau panjang dan
penurunan kesuburan tanah. Hal ini akan mempengaruhui kelangsungan
produksi pangan secara nasional. Pemanasan global juga mengandung resiko
yang besar akan kegegalan panen dan kematian hewan ternak.
Sebagaimana disinyalir oleh DFID dan World Bank (2007), Indonesia
nampaknya belum menyiapkan secara komprehensif kebijakan dan strategi
operasional untuk mengadaptasikan diri terhadap perubahan iklim global.
Padahal tindakan ini sangat mendesak untuk berbagai aspek pembangunan,
khususnya ketahanan pangan. Beberapa rekomendasi dari World Development
Report (2008) antara lain: menanam varitas yang memiliki daya adaptasi
tinggi, mengubah masa tanam menyesuaikan cuaca, mempraktekkan pertanian
dengan masa tanam yang lebih singkat.
Dalam konteks Indonesia, petani memiliki tingkat kerentanan yang
tinggi. Selain karena kepemilikan lahan yang sangat kecil serta lemahnya
akses terhadap berbagai input pertanian serta keterbatasan akses pada
pasar dan pengolahan hasil pertanian, petani juga memiliki pengetahuan
dan ”know how” yang sangat minim tentang strategi adaptasi produksi
pertanian terhadap perubahan iklim global.
Tampaknya tidak mungkin bagi petani diharapkan mencari strategi
sendiri. Pemerintah sebagai penyedia public goods harus mampu mendukung
petani beradaptasi terhadap perubahan iklim global. Berbagai kebijakan
yang dapat ditempuh antara lain melalui skema asuransi tanaman dan
ternak, penelitian yang intensif serta diseminasi yang terpadu atas
berbagai varietas baru komoditas pertanian yang memiliki daya tahan
tinggi terhadap kekeringan, banjir, peningkatan temperatur serta
memiliki potensi emisi CO2 yang rendah.
No comments:
Post a Comment