Tuesday, 28 April 2015

JURNAL ILMIAH

                                                                                                                                  ISSN 1907-9850

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA YANG BERPOTENSI SEBAGAI
ANTITUMOR PADA DAGING BUAH PARE (Momordica charantia L.)

Wiwik Susanah Rita, I W. Suirta, dan Ali Sabikin


JURNAL KIMIA 2 (1), JANUARI 2008 : 1-6


Latar Belakang

      Tumor  ganas  atau  yang  sering  disebut kanker  merupakan  penyebab  kematian  utama kedua  (untuk  semua  umur)  di  Amerika  Serikat. Hampir  1  juta  individu  ditemukan  menderita
kanker  setiap tahun,  sekitar  setengah  diantaranya meninggal  karena  penyakit  ini,  sehingga
merupakan  salah  satu  ancaman  yang  utama terhadap  kesehatan. 
      Penyakit  ini  merupakan  ancaman terbesar  bagi  kehidupan  manusia.  Oleh  karena itu,  para  ilmuan  mulai  melakukan  riset  guna menemukan  obat  yang  tepat  untuk menyembuhkan penyakit ini. Salah satu hal yang menjadi  pengamatan  para  ilmuwan  adalah  obatobatan  tradisional.
      Salah  satu  obat  tradisional  yang  telah lama  dipercaya  masyarakat  dapat
menyembuhkan  penyakit  kanker  adalah  buah pare (Momordica  charantia L.). Di Cina, khasiat
buah  pare  sebagai  obat  tradisional  sudah  dicatat Lisin  sejak  tahun  1578.  Awalnya  sebagai
tonikum,  obat  cacing,  obat  batuk,  antimalaria, sariawan,  penyembuh  luka,  dan  penambah  nafsu
makan.  Ratusan  riset  juga  telah  banyak dilakukan  untuk  mengungkap  efek  buah  pahit ini sebagai  penurun  kadar  gula  darah (hypopglycemic  effect).  Riset  serupa  juga dilakukan  di  Jerman,  Inggris,  India,  Jepang, Thailand,  dan  Malaysia  mempertegas  khasiat pare  sebagai  antidiabetes  (Anonim,  2006 ;  Ali  etal., 1992).
      Buah  pare  yang  belum  masak mengandung  saponin,  flavonoid,  dan  polifenol, serta  glikosida  cucurbitacin,  charantin,  asam butirat,  asam  palmitat,  asam  linoleat,  dan  asam stearat.
dan Pada  biji    buah  pare  telah  berhasil ditemukan  senyawa  a -momorcharin  yang  aktif sebagai  agen  antitumor,  hal  ini  diharapkan  juga akan  ditemukan  pada  daging  buah  pare  yaitu adanya  senyawa  kimia  tertentu  yang  berpotensi sebagai  agen  antitumor.  Oleh  karena  potensi buah  pare  yang  begitu  besar,  sehingga  perlu dilakukan  penelitian  lebih  lanjut  guna mengungkap  potensi  buah  pare  khususnya sebagai antitumor (Monitto, 1981).

MATERI DAN METODE

Bahan
Bahan-bahan  kimia  yang  digunakan dalam  penelitian  ini  adalah  kloroform,  nheksana,  etanol,  dimetilsulfoksida,  etil  asetat, akuades,  asam  asetat,  asam  sulfat  pekat,  silika gel  GF  254,  silika  gel  60,  dan  natrium hidroksida,  pereaksi  pendeteksi  untuk  :  alkaloid, flavonoid, steroid, dan terpenoid.

Peralatan dan Metode
Alat-alat  yang  digunakan  dalam penelitian  ini  meliputi  pisau,  seperangkat  alat penumbuk,  blender,  gelas  beker,  neraca  analitik, erlenmeyer,  corong  pisah,  kolom  kromatografi, kertas  saring,  kain  kasa,  toples,  akuarium,  labu ukur,  pipet  volum,  pipet  tetes,  pipet  ukur,  pipet mikro,  tabung  reaksi,  bejana  kromatografi  lapis tipis,  rotary  vacuum  evaporator,  lampu  Ultra Violet  untuk  penampak  bercak  noda,  tusuk  gigi, Kromatografi Gas – Spektroskopi Massa. Cara kerja Bahan  tanaman  yang  digunakan  dalam penelitian  ini  adalah  daging  buah  pare  yang diperoleh  dari  pasar  Jimbaran  Bali  pada  bulan Maret  Tahun  2004.  Selanjutnya  sekitar  35  kg
buah  pare  dikumpulkan  dan  dibersihkan, kemudian  buah  pare  dicelupkan  ke  dalam alkohol  (etanol)  mendidih  yang  bertujuan  untuk menghentikan  proses  metabolisme.  Selanjutnya dipotong  kecil-kecil  dan  dikeringkan  dengan cara  diletakkan  di  tempat  terbuka  dengan sirkulasi  udara  yang  baik  dan  tidak  terkena  sinar matahari  langsung.  Buah  pare  yang  sudah  kering
kemudian  dihaluskan  dengan  menggunakan blender sehingga menjadi serbuk. Serbuk  buah  pare  ditimbang  sebanyak 1000  g  dan  diekstraksi  secara  maserasi menggunakan  pelarut  n-heksana  selama  24  jam kemudian  disaring.  Setelah  itu  ampas dikeringkan  hingga  terbebas  dari  pelarut  nheksana  dan  dimaserasi  kembali  selama  24  jam menggunakan  kloroform..  Setelah  itu  ampas
kembali  dikeringkan  sampai  terbebas  dari pelarutnya.  Selanjutnya  dimaserasi  kembali dengan  pelarut  etanol  selama  24  jam  kemudian disaring,.  Ketiga  ekstrak  yang  diperoleh dipekatkan  dengan  rotary  vacum  evaporator sampai  diperoleh  ekstrak  pekat  kloroform, etanol, dan n-heksana. Ketiga  ekstrak  pekat  yang  diperoeh selanjutnya  diuji  toksisitasnya  dengan mengunakan larva udang Artemia salina L. Media  brine  shrimp  dibuat  dengan menyaring  air  laut  secukupnya.  Medium  tersebut kemudian  dimasukkan  ke  dalam  akuarium  yang memiliki  sekat  berlubang.  Satu  bagian  dari akuarium  tersebut  dibuat  terang  sedangkan bagian  yang  lain  dibuat  gelap.  Telur  udang dimasukkan  pada  bagian  yang  gelap,  selanjutnya akuarium  disimpan  pada  tempat  yang  memiliki penerangan yang cukup selama 48 jam. Botol disiapkan untuk pengujian, dimana masing-masing  sampel  dibutuhkan  9  botol  dan satu  botol  sebagai  kontrol.  Ekstrak kental  nheksana,  kloroform,  dan  etanol  ditimbang sebanyak  20  mg  dan  dilarutkan  dengan menggunakan  pelarutnya  masing-masing. Selanjutnya  larutan  yang  diperoleh  dipipet masing-masing  sebanyak  500  L,  50  L,  dan  5 L,  dan  dimasukkan  ke  dalam  botol,  pelarutnya diuapkan  selama  24  jam,  selanjutnya dimasukkan  2  mL  air  laut,  50  L  dimetil sulfoksida,  10  ekor  larva  udang,  dan  setetes larutan  ragi  roti,  kemudian  ditambahkan  air  laut sampai  volumenya  menjadi  5  mL,  sehingga konsentrasinya  masing-masing  menjadi  10,  100, dan 1000 ppm. Untuk  kontrol,  ke  dalam  botol dimasukkan  2  mL  air  laut,  50  L dimetil sulfoksida,  10  ekor  larva  udang  dan  setetes larutan  ragi  roti,  kemudian  ditambahkan  air  laut sampai  volumenya  menjadi  5  mL.  Pengamatan dilakukan  selama  24  jam  terhadap  kematian larva  udang.  Analisis  data  kemudian  dilakukan untuk mencari (LC50). Ekstrak  aktif  yang  diperoleh  selanjutnya di  kromatografi  lapis  tipis  (KLT)  dengan mengunakan  fase  diam  silika  gel  GF 254  yang bertujuan  untuk  mencari  eluen  yang  nantinya akan  digunakan  sebagai  eluen  dalam kromatografi  kolom.    Dari  hasil  kolom  akan diperoleh  beberapa  eluat  yang  ditampung  dalam botol  setiap  2  mL.  Selanjutnya    eluat  itu digabungkan  dengan  mengunakan  KLT  penggabungan  sehingga  diperoleh  beberapa
fraksi.  Fraksi-fraksi  tersebut  diuji  toksisitasnya dengan  mnegunakan  Artemia  salina  L.  Analisis
data  selanjutnya  dilakukan  untuk  mencari  LC50 fraksi  aktif  yang  diperoleh  selanjutnya  diuji
kemurnian dengan KLT. Fraksi yang telah murni secara  KLT  selanjutnya  di  uji  antitumor  dengan
mengunakan  Agrobacterium  tumefaciens  A-208  dan  diidentifikasi  dengan  pereaksi  warna  dan
Kromatografi Gas - Spektroskopi Massa.

HASIL DAN PEMBAHASAN
 
Ekstraksi
       Sebanyak  1000  g  serbuk  buah  pare diekstraksi  berturut-turut  dengan  6  L  n-heksana,
4 L kloroform, dan 4 L etanol, selanjutnya ketiga ekstrak  yang  diperoleh dipekatkan  dengan  rotary
vacum  evaporator,  sehingga  diperoleh  ekstrak kental  n-heksana  berwarna  hijau  sebanyak  4,62
g,  ekstrak  kental  kloroform  berwarna  hijau sebanyak  11,68  g,  dan  ekstrak  kental  metanol
berwarna hijau pekat sebanyak 26,09 g. Uji  toksisitas  terhadap  ketiga  ekstrak
yang  diperoleh  menunjukkan  bahwa  ekstrak etanol dan n-heksana bersifat toksik dengan LC50
kurang  dari  1000  ppm  yaitu,    223  dan  602,55 sedang  ekstrak  kloroform  tidak  dikatakan
bersifat  toksik  karena  nilai  LC50  lebih  dari  1000 ppm.
 
Pemisahan dan Pemurnian 
       Ekstrak  yang  paling  aktif  (etanol) selanjutnya  dipisahkan  dengan  mengunakan kromatografi  kolom  dengan  fase  diam  silika  gel 60  dan  fase  gerak  terbaik  yang  diperoleh  dari KLT, yaitu asam asetat: benzena (2:8). Hasil dari kromatografi  kolom  diperoleh  115  fraksi.  Fraksi yang  diperoleh  selanjutnya  digabungkan  dengan KLT pengabungan dan diperoleh 3 fraksi dengan berat fraksi 1, 2, dan 3 berturut-turut adalah 0,41; 0,37;  dan  0,30.  Fraksi  ini  selanjutnya  diuji toksisitasnya  dengan  larva  udang  dan  diperoleh ketiga  fraksi  bersifat  aktif  toksik  dengan  LC50
untuk  fraksi  1,  2,  dan  3  berturut-turut  adalah 31,62;  120;  dan  100  terlihat  bahwa  fraksi  1
merupakan  fraksi  yang  paling  aktif  toksik, namun  yang  dilanjutkan  adalah  fraksi  3,  hal  ini
disebabkan  karena  fraksi  1  merupakan  gabungan dari  beberapa  senyawa  yang  jarak  noda  satu
dengan  noda  lainnya  sangat  berdekatan  dan berekor,  hal  ini  mengakibatkan  noda-noda
tersebut  sangat  susah  dipisahkan.  Walaupun sudah  dilakukan  pencarian  eluen  dengan menggunakan  campuran  dari  beberapa  pelarut, namun  belum  ditemukan  pelarut  yang  tepat
untuk  memisahkan,  selain  itu  juga  jumlah  fraksi 1  yang  relatif  cukup  sedikit,  sehingga  nantinya kalau  dipaksakan  untuk  melakukan  pemisahandihawatirkan  jumlah  sampel  yang  diperoleh sedikit  sehingga  analisis  lebih  lanjut  tidak  dapat dikerjakan,  sehingga  yang  dilanjutkan  adalah fraksi  3,  karena  fraksi  3  relatif  cukup  toksik dengan LC50 100 ppm. Fraksi  3  selanjutnya  diuji  kemurnian dengan  mengunakan  KLT  diperoleh  bahwa fraksi  3  relatif  murni secara  KLT.  Isolat  ini selanjutnya  diuji  antitumor  dengan  mengunakan Agrobacterium tumefaciens  A-208  dan  diperoleh bahwa  isolat  3  positif  sebagai  antitumor  pada konsentrasi  1000  ppm.  Isolat  ini  selanjutnya diidentifikasi  dengan  pereaksi  warna  dan Kromatografi Gas - Spektroskopi Massa.

Identifikasi dengan Pereaksi Warna
Isolat  aktif  antitumor  yang  diperoleh
selanjutnya  diuji  golongan  fitokimianya  dengan
menggunakan  beberapa  pereaksi  pendeteksi
golongan dengan hasil seperti pada Tabel 1.
 
Tabel  1. Hasil uji warna isolat aktif antitumor
 Senyawa
Pereaksi
 Hasil /warna
 Kesimpulan
 Alkaloid
 Mayer
  Tidak terbentuk endapan
  -
 Wagner
 Tidak terbentuk endapan 
  -
 NaOH 10%


 Flavonoid
Willstater
   Tidak terjadi perubahan
 -
  Smith-Matcalfe
 Tidak terjadi perubahan
 -
  NaOH 10% 
 Tidak terjadi perubahan 
 -
 Triterpen
 


  
 L-B
 Coklat
 +
 H2SO4 Pekat
  Coklat
 +
 H2SO4 50%
 Coklat
 +

      Setelah  diuji  dengan  menggunakan pereaksi  pendeteksi,  reaksi  positif  hanya ditunjukkan  pada  pereaksi-pereaksi  terpenoid yaitu  dengan  Lieberman-Burchard  (L-B) memberikan perubahan  warna  menjadi  coklat dengan  H2SO4  memberikan  warna  coklat,  dan dengan  menggunakan  H2SO4 50%  juga memberikan  warna  coklat,  jadi  kemungkinan Isolat yang diperoleh adalah terpenoid jenuh atau ahkan  negatif  terpenoid  hal  ini  disebabkan karena  asam-asam  lemak  juga  dapat  bereaksi dengan  pereaksi-pereaksi  diatas  menghasilkan warna yang sama yaitu warna coklat.


 Identifikasi  dengan  Kromatografi  Gas  -Spektroskopi Massa.
      Isolat  aktif  antitumor  yang  diperoleh selanjutnya  dikarakterisasi  dengan  Kromatografi Gas  -  Spektroskopi  Massa.  Hasil  dari Kromatografi  Gas-Spektroskopi  Massa menunjukkan  adanya  beberapa  puncak  yang mengindikasikan  bahwa  isolat  yang  diperoleh belum  murni.  Namun  demikian  dalam  isolat mengandung  beberapa  puncak  senyawa  yang relatif  cukup  besar  seperti  puncak  senyawa  yag memiliki  waktu  retensi  (tr)  15,42  ;  17,  31;  dan 19.37  menit.  Senyawa  utama  ditunjukkan  pada waktu retensi 17.31 menit.
     Spektrum  senyawa  I  dengan  tr  15,  41 menit.  Pada  spektrum  tersebut  terlihat adanya ion-ion  pada  m/z  256(M+)  dan  m/z  73  (puncak dasar).  Ion  molekul  pada  m/z 256 mengindikasikan  berat  molekul  256,  yang berdasarkan  literature  dalam  data  base  identik dengan asam heksadekanoat.
     Spektrum  senyawa  II  dengan  tr  17,  31 menit  Pada  spektrum  tersebut  terlihat adanya ion-ion  pada  m/z  284  (M+)  dan  m/z  73  (puncak dasar).  Ion  molekul  pada  m/z  284  menunjukkan berat  molekul    senyawa  II  adalah  284. Berdasarkan  data  literatur  dalam  data  base senyawa ini identik dengan asam oktadekanoat. 
      Spektrum  senyawa  III  dengan  tr  19,  37 menit.  Berdasarkan  data  library  NIST02.L
senyawa  ini  identik  dengan  ester  dioktil heksadioat  (C22H24O4)  mempunyai  berat  molekul 370  dengan  demikian  ion  molekul  senyawa  III adalah  370.  Tidak  terlihatnya  ion  molekul senyawa  diatas  kemungkinan  disebabkan  tidak stabilnya  ion  molekul  dari  senyawa  tersebut
(C22H24O4+
).

Simpulan
     Hasil  penelitian  dan  pembahasan  dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.  Ekstrak  etanol  dari  buah  pare  (Momordica charantia  L.)    bersifat  toksik  terhadap  larva
udang  Artemia  salina  L.  dengan  LC50  230 ppm.

2.  Dari  uji  aktivitas  antitumor  dengan bacterium  tumefaciens  A-208  terhadap  isolat aktif  toksik    menunjukkan  bahwa  isolat tersebut aktif antitumor.

3.  Isolat  yang  bersifat  antitumor  dari  buah  pare diduga  gabungan  dari  beberapa  senyawa dengan  3  senyawa  mayor  yang  sebagian besar  merupakan  asam-asam  organik,  ketiga senyawa  tersebut  yaitu,  asam  heksadekanoat, Asam  oktadekanoat,  dan  ester dioktilheksadioat.

Sumber Jurnal : jurnalkimia.blogspot.com

No comments:

Post a Comment