ISSN 1907-9850
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA YANG BERPOTENSI SEBAGAI
ANTITUMOR PADA DAGING BUAH PARE (Momordica charantia L.)
ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA YANG BERPOTENSI SEBAGAI
ANTITUMOR PADA DAGING BUAH PARE (Momordica charantia L.)
Wiwik Susanah Rita, I W. Suirta, dan Ali Sabikin
JURNAL KIMIA 2 (1), JANUARI 2008 : 1-6
Latar Belakang
Tumor ganas atau yang sering disebut kanker merupakan penyebab kematian utama kedua (untuk semua umur) di Amerika Serikat. Hampir 1 juta individu ditemukan menderita
kanker setiap tahun, sekitar setengah diantaranya meninggal karena penyakit ini, sehingga
merupakan salah satu ancaman yang utama terhadap kesehatan.
kanker setiap tahun, sekitar setengah diantaranya meninggal karena penyakit ini, sehingga
merupakan salah satu ancaman yang utama terhadap kesehatan.
Penyakit ini merupakan ancaman terbesar bagi kehidupan manusia. Oleh karena itu, para ilmuan mulai melakukan riset guna menemukan obat yang tepat untuk menyembuhkan penyakit ini. Salah satu hal yang menjadi pengamatan para ilmuwan adalah obatobatan tradisional.
Salah satu obat tradisional yang telah lama dipercaya masyarakat dapat
menyembuhkan penyakit kanker adalah buah pare (Momordica charantia L.). Di Cina, khasiat
buah pare sebagai obat tradisional sudah dicatat Lisin sejak tahun 1578. Awalnya sebagai
tonikum, obat cacing, obat batuk, antimalaria, sariawan, penyembuh luka, dan penambah nafsu
makan. Ratusan riset juga telah banyak dilakukan untuk mengungkap efek buah pahit ini sebagai penurun kadar gula darah (hypopglycemic effect). Riset serupa juga dilakukan di Jerman, Inggris, India, Jepang, Thailand, dan Malaysia mempertegas khasiat pare sebagai antidiabetes (Anonim, 2006 ; Ali etal., 1992).
menyembuhkan penyakit kanker adalah buah pare (Momordica charantia L.). Di Cina, khasiat
buah pare sebagai obat tradisional sudah dicatat Lisin sejak tahun 1578. Awalnya sebagai
tonikum, obat cacing, obat batuk, antimalaria, sariawan, penyembuh luka, dan penambah nafsu
makan. Ratusan riset juga telah banyak dilakukan untuk mengungkap efek buah pahit ini sebagai penurun kadar gula darah (hypopglycemic effect). Riset serupa juga dilakukan di Jerman, Inggris, India, Jepang, Thailand, dan Malaysia mempertegas khasiat pare sebagai antidiabetes (Anonim, 2006 ; Ali etal., 1992).
Buah pare yang belum masak mengandung saponin, flavonoid, dan polifenol, serta glikosida cucurbitacin, charantin, asam butirat, asam palmitat, asam linoleat, dan asam stearat.
dan Pada biji buah pare telah berhasil ditemukan senyawa a -momorcharin yang aktif sebagai agen antitumor, hal ini diharapkan juga akan ditemukan pada daging buah pare yaitu adanya senyawa kimia tertentu yang berpotensi sebagai agen antitumor. Oleh karena potensi buah pare yang begitu besar, sehingga perlu dilakukan penelitian lebih lanjut guna mengungkap potensi buah pare khususnya sebagai antitumor (Monitto, 1981).
MATERI DAN METODE
Bahan
Bahan-bahan kimia yang digunakan dalam penelitian ini adalah kloroform, nheksana, etanol, dimetilsulfoksida, etil asetat, akuades, asam asetat, asam sulfat pekat, silika gel GF 254, silika gel 60, dan natrium hidroksida, pereaksi pendeteksi untuk : alkaloid, flavonoid, steroid, dan terpenoid.
Peralatan dan Metode
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi pisau, seperangkat alat penumbuk, blender, gelas beker, neraca analitik, erlenmeyer, corong pisah, kolom kromatografi, kertas saring, kain kasa, toples, akuarium, labu ukur, pipet volum, pipet tetes, pipet ukur, pipet mikro, tabung reaksi, bejana kromatografi lapis tipis, rotary vacuum evaporator, lampu Ultra Violet untuk penampak bercak noda, tusuk gigi, Kromatografi Gas – Spektroskopi Massa. Cara kerja Bahan tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging buah pare yang diperoleh dari pasar Jimbaran Bali pada bulan Maret Tahun 2004. Selanjutnya sekitar 35 kg
buah pare dikumpulkan dan dibersihkan, kemudian buah pare dicelupkan ke dalam alkohol (etanol) mendidih yang bertujuan untuk menghentikan proses metabolisme. Selanjutnya dipotong kecil-kecil dan dikeringkan dengan cara diletakkan di tempat terbuka dengan sirkulasi udara yang baik dan tidak terkena sinar matahari langsung. Buah pare yang sudah kering
kemudian dihaluskan dengan menggunakan blender sehingga menjadi serbuk. Serbuk buah pare ditimbang sebanyak 1000 g dan diekstraksi secara maserasi menggunakan pelarut n-heksana selama 24 jam kemudian disaring. Setelah itu ampas dikeringkan hingga terbebas dari pelarut nheksana dan dimaserasi kembali selama 24 jam menggunakan kloroform.. Setelah itu ampas
kembali dikeringkan sampai terbebas dari pelarutnya. Selanjutnya dimaserasi kembali dengan pelarut etanol selama 24 jam kemudian disaring,. Ketiga ekstrak yang diperoleh dipekatkan dengan rotary vacum evaporator sampai diperoleh ekstrak pekat kloroform, etanol, dan n-heksana. Ketiga ekstrak pekat yang diperoeh selanjutnya diuji toksisitasnya dengan mengunakan larva udang Artemia salina L. Media brine shrimp dibuat dengan menyaring air laut secukupnya. Medium tersebut kemudian dimasukkan ke dalam akuarium yang memiliki sekat berlubang. Satu bagian dari akuarium tersebut dibuat terang sedangkan bagian yang lain dibuat gelap. Telur udang dimasukkan pada bagian yang gelap, selanjutnya akuarium disimpan pada tempat yang memiliki penerangan yang cukup selama 48 jam. Botol disiapkan untuk pengujian, dimana masing-masing sampel dibutuhkan 9 botol dan satu botol sebagai kontrol. Ekstrak kental nheksana, kloroform, dan etanol ditimbang sebanyak 20 mg dan dilarutkan dengan menggunakan pelarutnya masing-masing. Selanjutnya larutan yang diperoleh dipipet masing-masing sebanyak 500 L, 50 L, dan 5 L, dan dimasukkan ke dalam botol, pelarutnya diuapkan selama 24 jam, selanjutnya dimasukkan 2 mL air laut, 50 L dimetil sulfoksida, 10 ekor larva udang, dan setetes larutan ragi roti, kemudian ditambahkan air laut sampai volumenya menjadi 5 mL, sehingga konsentrasinya masing-masing menjadi 10, 100, dan 1000 ppm. Untuk kontrol, ke dalam botol dimasukkan 2 mL air laut, 50 L dimetil sulfoksida, 10 ekor larva udang dan setetes larutan ragi roti, kemudian ditambahkan air laut sampai volumenya menjadi 5 mL. Pengamatan dilakukan selama 24 jam terhadap kematian larva udang. Analisis data kemudian dilakukan untuk mencari (LC50). Ekstrak aktif yang diperoleh selanjutnya di kromatografi lapis tipis (KLT) dengan mengunakan fase diam silika gel GF 254 yang bertujuan untuk mencari eluen yang nantinya akan digunakan sebagai eluen dalam kromatografi kolom. Dari hasil kolom akan diperoleh beberapa eluat yang ditampung dalam botol setiap 2 mL. Selanjutnya eluat itu digabungkan dengan mengunakan KLT penggabungan sehingga diperoleh beberapa
fraksi. Fraksi-fraksi tersebut diuji toksisitasnya dengan mnegunakan Artemia salina L. Analisis
data selanjutnya dilakukan untuk mencari LC50 fraksi aktif yang diperoleh selanjutnya diuji
kemurnian dengan KLT. Fraksi yang telah murni secara KLT selanjutnya di uji antitumor dengan
mengunakan Agrobacterium tumefaciens A-208 dan diidentifikasi dengan pereaksi warna dan
Kromatografi Gas - Spektroskopi Massa.
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini meliputi pisau, seperangkat alat penumbuk, blender, gelas beker, neraca analitik, erlenmeyer, corong pisah, kolom kromatografi, kertas saring, kain kasa, toples, akuarium, labu ukur, pipet volum, pipet tetes, pipet ukur, pipet mikro, tabung reaksi, bejana kromatografi lapis tipis, rotary vacuum evaporator, lampu Ultra Violet untuk penampak bercak noda, tusuk gigi, Kromatografi Gas – Spektroskopi Massa. Cara kerja Bahan tanaman yang digunakan dalam penelitian ini adalah daging buah pare yang diperoleh dari pasar Jimbaran Bali pada bulan Maret Tahun 2004. Selanjutnya sekitar 35 kg
buah pare dikumpulkan dan dibersihkan, kemudian buah pare dicelupkan ke dalam alkohol (etanol) mendidih yang bertujuan untuk menghentikan proses metabolisme. Selanjutnya dipotong kecil-kecil dan dikeringkan dengan cara diletakkan di tempat terbuka dengan sirkulasi udara yang baik dan tidak terkena sinar matahari langsung. Buah pare yang sudah kering
kemudian dihaluskan dengan menggunakan blender sehingga menjadi serbuk. Serbuk buah pare ditimbang sebanyak 1000 g dan diekstraksi secara maserasi menggunakan pelarut n-heksana selama 24 jam kemudian disaring. Setelah itu ampas dikeringkan hingga terbebas dari pelarut nheksana dan dimaserasi kembali selama 24 jam menggunakan kloroform.. Setelah itu ampas
kembali dikeringkan sampai terbebas dari pelarutnya. Selanjutnya dimaserasi kembali dengan pelarut etanol selama 24 jam kemudian disaring,. Ketiga ekstrak yang diperoleh dipekatkan dengan rotary vacum evaporator sampai diperoleh ekstrak pekat kloroform, etanol, dan n-heksana. Ketiga ekstrak pekat yang diperoeh selanjutnya diuji toksisitasnya dengan mengunakan larva udang Artemia salina L. Media brine shrimp dibuat dengan menyaring air laut secukupnya. Medium tersebut kemudian dimasukkan ke dalam akuarium yang memiliki sekat berlubang. Satu bagian dari akuarium tersebut dibuat terang sedangkan bagian yang lain dibuat gelap. Telur udang dimasukkan pada bagian yang gelap, selanjutnya akuarium disimpan pada tempat yang memiliki penerangan yang cukup selama 48 jam. Botol disiapkan untuk pengujian, dimana masing-masing sampel dibutuhkan 9 botol dan satu botol sebagai kontrol. Ekstrak kental nheksana, kloroform, dan etanol ditimbang sebanyak 20 mg dan dilarutkan dengan menggunakan pelarutnya masing-masing. Selanjutnya larutan yang diperoleh dipipet masing-masing sebanyak 500 L, 50 L, dan 5 L, dan dimasukkan ke dalam botol, pelarutnya diuapkan selama 24 jam, selanjutnya dimasukkan 2 mL air laut, 50 L dimetil sulfoksida, 10 ekor larva udang, dan setetes larutan ragi roti, kemudian ditambahkan air laut sampai volumenya menjadi 5 mL, sehingga konsentrasinya masing-masing menjadi 10, 100, dan 1000 ppm. Untuk kontrol, ke dalam botol dimasukkan 2 mL air laut, 50 L dimetil sulfoksida, 10 ekor larva udang dan setetes larutan ragi roti, kemudian ditambahkan air laut sampai volumenya menjadi 5 mL. Pengamatan dilakukan selama 24 jam terhadap kematian larva udang. Analisis data kemudian dilakukan untuk mencari (LC50). Ekstrak aktif yang diperoleh selanjutnya di kromatografi lapis tipis (KLT) dengan mengunakan fase diam silika gel GF 254 yang bertujuan untuk mencari eluen yang nantinya akan digunakan sebagai eluen dalam kromatografi kolom. Dari hasil kolom akan diperoleh beberapa eluat yang ditampung dalam botol setiap 2 mL. Selanjutnya eluat itu digabungkan dengan mengunakan KLT penggabungan sehingga diperoleh beberapa
fraksi. Fraksi-fraksi tersebut diuji toksisitasnya dengan mnegunakan Artemia salina L. Analisis
data selanjutnya dilakukan untuk mencari LC50 fraksi aktif yang diperoleh selanjutnya diuji
kemurnian dengan KLT. Fraksi yang telah murni secara KLT selanjutnya di uji antitumor dengan
mengunakan Agrobacterium tumefaciens A-208 dan diidentifikasi dengan pereaksi warna dan
Kromatografi Gas - Spektroskopi Massa.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Ekstraksi
Sebanyak 1000 g serbuk buah pare diekstraksi berturut-turut dengan 6 L n-heksana,
4 L kloroform, dan 4 L etanol, selanjutnya ketiga ekstrak yang diperoleh dipekatkan dengan rotary
vacum evaporator, sehingga diperoleh ekstrak kental n-heksana berwarna hijau sebanyak 4,62
g, ekstrak kental kloroform berwarna hijau sebanyak 11,68 g, dan ekstrak kental metanol
berwarna hijau pekat sebanyak 26,09 g. Uji toksisitas terhadap ketiga ekstrak
yang diperoleh menunjukkan bahwa ekstrak etanol dan n-heksana bersifat toksik dengan LC50
kurang dari 1000 ppm yaitu, 223 dan 602,55 sedang ekstrak kloroform tidak dikatakan
bersifat toksik karena nilai LC50 lebih dari 1000 ppm.
4 L kloroform, dan 4 L etanol, selanjutnya ketiga ekstrak yang diperoleh dipekatkan dengan rotary
vacum evaporator, sehingga diperoleh ekstrak kental n-heksana berwarna hijau sebanyak 4,62
g, ekstrak kental kloroform berwarna hijau sebanyak 11,68 g, dan ekstrak kental metanol
berwarna hijau pekat sebanyak 26,09 g. Uji toksisitas terhadap ketiga ekstrak
yang diperoleh menunjukkan bahwa ekstrak etanol dan n-heksana bersifat toksik dengan LC50
kurang dari 1000 ppm yaitu, 223 dan 602,55 sedang ekstrak kloroform tidak dikatakan
bersifat toksik karena nilai LC50 lebih dari 1000 ppm.
Pemisahan dan Pemurnian
Ekstrak yang paling aktif (etanol) selanjutnya dipisahkan dengan mengunakan kromatografi kolom dengan fase diam silika gel 60 dan fase gerak terbaik yang diperoleh dari KLT, yaitu asam asetat: benzena (2:8). Hasil dari kromatografi kolom diperoleh 115 fraksi. Fraksi yang diperoleh selanjutnya digabungkan dengan KLT pengabungan dan diperoleh 3 fraksi dengan berat fraksi 1, 2, dan 3 berturut-turut adalah 0,41; 0,37; dan 0,30. Fraksi ini selanjutnya diuji toksisitasnya dengan larva udang dan diperoleh ketiga fraksi bersifat aktif toksik dengan LC50
untuk fraksi 1, 2, dan 3 berturut-turut adalah 31,62; 120; dan 100 terlihat bahwa fraksi 1
merupakan fraksi yang paling aktif toksik, namun yang dilanjutkan adalah fraksi 3, hal ini
disebabkan karena fraksi 1 merupakan gabungan dari beberapa senyawa yang jarak noda satu
dengan noda lainnya sangat berdekatan dan berekor, hal ini mengakibatkan noda-noda
tersebut sangat susah dipisahkan. Walaupun sudah dilakukan pencarian eluen dengan menggunakan campuran dari beberapa pelarut, namun belum ditemukan pelarut yang tepat
untuk memisahkan, selain itu juga jumlah fraksi 1 yang relatif cukup sedikit, sehingga nantinya kalau dipaksakan untuk melakukan pemisahandihawatirkan jumlah sampel yang diperoleh sedikit sehingga analisis lebih lanjut tidak dapat dikerjakan, sehingga yang dilanjutkan adalah fraksi 3, karena fraksi 3 relatif cukup toksik dengan LC50 100 ppm. Fraksi 3 selanjutnya diuji kemurnian dengan mengunakan KLT diperoleh bahwa fraksi 3 relatif murni secara KLT. Isolat ini selanjutnya diuji antitumor dengan mengunakan Agrobacterium tumefaciens A-208 dan diperoleh bahwa isolat 3 positif sebagai antitumor pada konsentrasi 1000 ppm. Isolat ini selanjutnya diidentifikasi dengan pereaksi warna dan Kromatografi Gas - Spektroskopi Massa.
untuk fraksi 1, 2, dan 3 berturut-turut adalah 31,62; 120; dan 100 terlihat bahwa fraksi 1
merupakan fraksi yang paling aktif toksik, namun yang dilanjutkan adalah fraksi 3, hal ini
disebabkan karena fraksi 1 merupakan gabungan dari beberapa senyawa yang jarak noda satu
dengan noda lainnya sangat berdekatan dan berekor, hal ini mengakibatkan noda-noda
tersebut sangat susah dipisahkan. Walaupun sudah dilakukan pencarian eluen dengan menggunakan campuran dari beberapa pelarut, namun belum ditemukan pelarut yang tepat
untuk memisahkan, selain itu juga jumlah fraksi 1 yang relatif cukup sedikit, sehingga nantinya kalau dipaksakan untuk melakukan pemisahandihawatirkan jumlah sampel yang diperoleh sedikit sehingga analisis lebih lanjut tidak dapat dikerjakan, sehingga yang dilanjutkan adalah fraksi 3, karena fraksi 3 relatif cukup toksik dengan LC50 100 ppm. Fraksi 3 selanjutnya diuji kemurnian dengan mengunakan KLT diperoleh bahwa fraksi 3 relatif murni secara KLT. Isolat ini selanjutnya diuji antitumor dengan mengunakan Agrobacterium tumefaciens A-208 dan diperoleh bahwa isolat 3 positif sebagai antitumor pada konsentrasi 1000 ppm. Isolat ini selanjutnya diidentifikasi dengan pereaksi warna dan Kromatografi Gas - Spektroskopi Massa.
Identifikasi dengan Pereaksi Warna
Isolat aktif antitumor yang diperoleh
selanjutnya diuji golongan fitokimianya dengan
menggunakan beberapa pereaksi pendeteksi
golongan dengan hasil seperti pada Tabel 1.
Isolat aktif antitumor yang diperoleh
selanjutnya diuji golongan fitokimianya dengan
menggunakan beberapa pereaksi pendeteksi
golongan dengan hasil seperti pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil uji warna isolat aktif antitumor
Senyawa
|
Pereaksi
|
Hasil /warna
|
Kesimpulan
|
Alkaloid
|
Mayer
|
Tidak terbentuk endapan
|
-
|
Wagner
|
Tidak terbentuk endapan
|
-
|
|
NaOH 10%
|
|
|
|
Flavonoid
|
Willstater
|
Tidak terjadi perubahan
|
-
|
Smith-Matcalfe
|
Tidak terjadi perubahan
|
-
|
|
NaOH 10%
|
Tidak terjadi perubahan
|
-
|
|
Triterpen
|
L-B
|
Coklat
|
+
|
H2SO4 Pekat
|
Coklat
|
+
|
|
H2SO4 50%
|
Coklat
|
+
|
Setelah diuji dengan menggunakan pereaksi pendeteksi, reaksi positif hanya ditunjukkan pada pereaksi-pereaksi terpenoid yaitu dengan Lieberman-Burchard (L-B) memberikan perubahan warna menjadi coklat dengan H2SO4 memberikan warna coklat, dan dengan menggunakan H2SO4 50% juga memberikan warna coklat, jadi kemungkinan Isolat yang diperoleh adalah terpenoid jenuh atau ahkan negatif terpenoid hal ini disebabkan karena asam-asam lemak juga dapat bereaksi dengan pereaksi-pereaksi diatas menghasilkan warna yang sama yaitu warna coklat.
Identifikasi dengan Kromatografi Gas -Spektroskopi Massa.
Isolat aktif antitumor yang diperoleh selanjutnya dikarakterisasi dengan Kromatografi Gas - Spektroskopi Massa. Hasil dari Kromatografi Gas-Spektroskopi Massa menunjukkan adanya beberapa puncak yang mengindikasikan bahwa isolat yang diperoleh belum murni. Namun demikian dalam isolat mengandung beberapa puncak senyawa yang relatif cukup besar seperti puncak senyawa yag memiliki waktu retensi (tr) 15,42 ; 17, 31; dan 19.37 menit. Senyawa utama ditunjukkan pada waktu retensi 17.31 menit.
Spektrum senyawa I dengan tr 15, 41 menit. Pada spektrum tersebut terlihat adanya ion-ion pada m/z 256(M+) dan m/z 73 (puncak dasar). Ion molekul pada m/z 256 mengindikasikan berat molekul 256, yang berdasarkan literature dalam data base identik dengan asam heksadekanoat.
Spektrum senyawa II dengan tr 17, 31 menit Pada spektrum tersebut terlihat adanya ion-ion pada m/z 284 (M+) dan m/z 73 (puncak dasar). Ion molekul pada m/z 284 menunjukkan berat molekul senyawa II adalah 284. Berdasarkan data literatur dalam data base senyawa ini identik dengan asam oktadekanoat.
Spektrum senyawa I dengan tr 15, 41 menit. Pada spektrum tersebut terlihat adanya ion-ion pada m/z 256(M+) dan m/z 73 (puncak dasar). Ion molekul pada m/z 256 mengindikasikan berat molekul 256, yang berdasarkan literature dalam data base identik dengan asam heksadekanoat.
Spektrum senyawa II dengan tr 17, 31 menit Pada spektrum tersebut terlihat adanya ion-ion pada m/z 284 (M+) dan m/z 73 (puncak dasar). Ion molekul pada m/z 284 menunjukkan berat molekul senyawa II adalah 284. Berdasarkan data literatur dalam data base senyawa ini identik dengan asam oktadekanoat.
Spektrum senyawa III dengan tr 19, 37 menit. Berdasarkan data library NIST02.L
senyawa ini identik dengan ester dioktil heksadioat (C22H24O4) mempunyai berat molekul 370 dengan demikian ion molekul senyawa III adalah 370. Tidak terlihatnya ion molekul senyawa diatas kemungkinan disebabkan tidak stabilnya ion molekul dari senyawa tersebut
(C22H24O4+).
senyawa ini identik dengan ester dioktil heksadioat (C22H24O4) mempunyai berat molekul 370 dengan demikian ion molekul senyawa III adalah 370. Tidak terlihatnya ion molekul senyawa diatas kemungkinan disebabkan tidak stabilnya ion molekul dari senyawa tersebut
(C22H24O4+).
Simpulan
Hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Ekstrak etanol dari buah pare (Momordica charantia L.) bersifat toksik terhadap larva
udang Artemia salina L. dengan LC50 230 ppm.
Hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Ekstrak etanol dari buah pare (Momordica charantia L.) bersifat toksik terhadap larva
udang Artemia salina L. dengan LC50 230 ppm.
2. Dari uji aktivitas antitumor dengan bacterium tumefaciens A-208 terhadap isolat aktif toksik menunjukkan bahwa isolat tersebut aktif antitumor.
3. Isolat yang bersifat antitumor dari buah pare diduga gabungan dari beberapa senyawa dengan 3 senyawa mayor yang sebagian besar merupakan asam-asam organik, ketiga senyawa tersebut yaitu, asam heksadekanoat, Asam oktadekanoat, dan ester dioktilheksadioat.
Sumber Jurnal : jurnalkimia.blogspot.com
No comments:
Post a Comment