Friday 3 July 2015

ARTIKEL ILMIAH

KIMIA/KIMIA INDUSTRI

MANAJEMEN DAN PENERAPAN PENGELOLAAN LIMBAH B3 SEBAGAI UPAYA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA
SERTA PERLINDUNGAN LINGKUNGAN


ABSTRACK
MANAJEMEN  BAHAN  KIMIA  BERBAHAYA  DAN  BERACUN  SEBAGAI  UPAYA
KESELAMATAN  DAN  KESEHATAN  KERJA  SERTA  PERLINDUNGAN LINGKUNGAN.

Bahan  kimia  berbahaya  dan  beracun  (B3)  tidak  bisa  dipisahkan  dari  kehidupan  manusia.  B3
tersebut  digunakan  baik  dalam  kehidupan  rumah  tangga  sampai  untuk  menunjang  pro ses
operasi dalam industri. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memberikan pengetahuan  dalam
pengelolaan  dan  penanganan  B3  agar  efisien,  aman  dan  selamat.   


PENDAHULUAN      Manajemen  atau  pengelolaan  dan  penanganan  bahan  kimia  berbahaya  dan beracun  atau  lebih  populer  dengan  istilah  B3  dalam  rangka  keselamatan  dan kesehatan  kerja,  merupakan  aspek  yang  sangat  penting  yang  perlu  mendapat perhatian. Banyak terjadi kecelakaan  dalam industri yang disebabkan  karena ketidaktahuan operator ataupun pekerja dalam mengenali dan menangani B3 tersebut.Kecelakaan  kerja  merupakan  dampak  yang  harus  diperhitungkan  dan  di antisipasi,  sehingga  sedapat  mungkin  hal  ini  harus  dihindari  dan  dicegah  agar  tidak terjadi.  Kecelakaan kerja yang berkaitan dengan B3 selain akan menimbulkan korban bagi pekerja  / orang lain juga dapat menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan, dan hal ini akan menimbulkan kerugian bagi perusahaan industri tersebut. Disamping itu akan menimbulkan dampak yang lebih luas terhadap lingkungan dan masyarakat.

Pengaruh  Bahaya  dan  Racun  dari  B3 
      Kita  sangat  perlu  mengetahui  pengaruh  bahaya  dan  racun  dari  B3  tersebut.
Bahan-bahan  ini  disamping  dapat  menimbulkan  dampak  terhadap  kesehatan  dan
pencemaran  lingkungan,  pemakaian  dan  penggunaannya  dalam  instalasi  nuklir  juga
dapat  menimbulkan  radiasi/kontaminasi  jika  terjadi  kecelakaan.  Untuk  itu  dalam
penyimpanan,  pengelolaan  dan  penanganannya  perlu  memperhatikan  faktor
keamanan  dan  keselamatan.  Pengaruh  B3  tersebut  antara  lain:  dapat  menimbulkan
kebakaran,  ledakan,  keracunan,  dan  iritasi  pada  permukaan  atau  bagian  tubuh
manusia (Gambar 1).




  1. Kebakaran,  terjadi  bila  bahan  kimia  yang mudah  terbakar  (pelarut  organik  dan gas)
    berkontak  dengan  sumber  panas.  Sumber  panas  dapat  berupa  api  terbuka,  logam
    panas, bara api atau loncatan listrik. Kebakaran dapat pula menimbulkan ledakan lain
    yang lebih dahsyat atau dapat juga menghasilkan bahan lain yang bersifat racun.
  2. Ledakan,  yaitu  suatu  reaksi  yang  amat  cepat  dan  menghasilkan  gas  dalam  jumlah
    yang besar.  Ledakan dapat terjadi oleh reaksi yang amat cepat dari bahan peledak,
    atau gas yang mudah terbakar atau reaksi dari berbagai peroksida organik. Dapat juga
    terjadi karena adanya gas cair pada tekanan tinggi yang tidak terkendali.
  3. Keracunan,  yaitu  masuknya  bahan  kimia  kedalam  tubuh  yang  dapat  berakibat
    keracunan akut atau keracunan kronik. Keracunan akut sebagai akibat penyerapan B3
    dalam jumlah yang besar dan dalam waktu yang singkat dan dapat pula berakibat fatal
    seperti keracunan gas CO, dan HCN. Keracunan kronik adalah penyerapan  B3 dalam
    jumlah  sedikit  tetapi  berlangsung  dalam  waktu  yang  lama,  sehingga  akibatnya  baru
    dirasakan  setelah  beberapa  bulan  atau  beberapa  tahun  sampai  puluhan  tahun.
  4. Iritasi,  yaitu  kerusakan  atau  peradangan  permukaan  tubuh  seperti  kulit,  mata  dan
    saluran pernafasan oleh  bahan kimia  korosif, atau iritan  seperti asam klorida dan lainlain.
Aspek  Keselamatan
Banyak  sekali  aspek  keselamatan  yang  perlu  diperhatikan  untuk  mencegah
terjadinya  kecelakaan. Dari  seluruh  aspek  tersebut  selalu  melibatkan  tiga komponen
yang saling berkaitan yakni manusia, prosedur/metode kerja, dan peralatan/ bahan.
Faktor penyebab kecelakaan kerja berdasarkan data yang dikumpulkan oleh sebuah

perusahaan perminyakan di Indonesia dapat dilihat pada Gambar 2. 


Sikap dan tingkah laku pekerja sebagai faktor penyebab terjadinya kecelakaan
kerja antara lain karena :
a.  Keterbatasan pengetahuan/ keterampilan pekerja.
b.  Lalai dan ceroboh dalam bekerja.
c.  Tidak melaksanakan prosedur kerja sesuai dengan petunjuk yang diberikan.
d.  Tidak  disiplin  dalam  mentaati  peraturan  keselamatan  kerja  termasuk  pemakaian alat pelindung diri.
 
     Mengingat faktor  terbesar  penyebab kecelakaan kerja  adalah faktor  manusia, maka  usaha untuk  meningkatkan  keselamatan  dan  kesehatan  kerja  perlu  diarahkan pada  peningkatan  pembinaan  rasa  tanggung  jawab,  sikap  dalam  bekerja  dan peningkatan pengetahuan tentang pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja.

     Banyak juga kecelakaan terjadi karena ketidak-tahuan terhadap kemungkinan adanya bahaya. Oleh karena itu peningkatan pengetahuan juga memegang peranan penting dalam mencegah terjadinya kecelakaan, baik dalam cara mengenali maupun menangani bahan-bahan kimia berbahaya dan beracun.

SISTEM MANAJEMEN BAHAN KIMIA BERBAHAYA DAN BERACUN (B3)
Perencanaan :
    Perencanaan  dilakukan  untuk  kurun  waktu  tertentu  (1  tahun)  mulai  dari perencanaan  pengadaan,  penyimpanan/penggudangan,  dan  penggunaannya.  Dalam perencanaan  ini  meliputi  identifikasi  kebutuhan  bahan,  klasifikasi  bahan  dan perencanaan penyimpanan.  B3  dapat  dikelompokkan  dalam  dua  kelompok  yakni bahan berbahaya dan bahan beracun. 
    Bahan kimia berbahaya adalah bahan kimia yang memiliki sifat reaktif dan atau sensitif  terhadap  perubahan/kondisi  lingkungan  yang  dengan  sifatnya  tersebut  dapat menimbulkan bahaya bagi lingkungannya.
    Bahan  kimia  beracun  adalah  bahan  kimia  yang  dalam  jumlah  kecil menyebabkan  bahaya  terhadap  kesehatan  manusia  apabila  terserap  dalam  tubuh melalui  pernafasan,  tertelan,  atau  kontak  melalui  kulit.  Bahan-bahan  beracun  dalam industri dapat digolongkan seperti dalam 
Tabel 1


     Kekuatan racun (toksisitas) dari suatu bahan kimia dapat diketahui berdasarkan angka LD50 (Lethal Dose  50) yaitu dosis (banyaknya zat racun yang diberikan kepada sekelompok  binatang  percobaan  sehingga  menimbulkan  kematian  pada  50%  dari binatang  tersebut.  LD50  biasanya  dinyatakan  dalam  satuan  bobot  racun  persatuan bobot binatang percobaan, yaitu mg/Kg berat badan. Makin kecil angka LD50 makin toksik  zat  tersebut.  Klasifikasi  toksisitas  zat  kimia  berdasarkan  LD50  dan  contohcontohnya ditunjukkan dalam Tabel 2.


Secara umum bahan tersebut dapat digolongkan menjadi 5 (lima) yaitu :
[2]
1.  Bahan mudah terbakar.(Flammable Substance):  yaitu bahan yang mudah bereaksi dengan oksigen dan menimbulkan kebakaran. Kebakaran dapat terjadi bila ada 3 unsur bertemu yaitu bahan, oksigen, dan panas.

2.  Bahan  mudah meledak  (Explosives):  yaitu bahan kimia padat, cair atau campuran keduanya yang karena  suatu reaksi kimia dapat menghasilkan gas dalam jumlah dan tekanan yang besar disertai suhu tinggi sehingga dapat menimbulkan ledakan. Selain  itu  juga  termasuk  bahan  yang  karena  struktur  kimianya  tidak  stabil  dan reaktif sehingga mudah meledak.

3.  Bahan  reaktif  terhadap  air/  asam:  yaitu  bahan  kimia  yang  amat  mudah  bereaksi dengan air disertai pengeluaran panas dan gas yang mudah terbakar, dan disertai ledakan. Bahan yang reaktif terhadap air juga reaktif terhadap asam, dimana reaksi yang  terjadi  adalah  eksothermis  dan  menghasilkan  gas  yang  mudah  terbakar, sehingga dapat menimbulkan ledakan.

4.  Bahan  beracun:  yaitu  bahan  kimia  yang  dalam  konsentrasi  tertentu  akan  dapat menimbulkan gangguan kesehatan terhadap manusia.

5.  Gas  bertekanan:  yaitu  gas  yang  disimpan  dalam  tekanan  tinggi  baik  gas  yang ditekan , gas cair, atau gas yang dilarutkan dalam pelarut dibawah tekanan. Penggolongan bahan berbahaya, jenis dan contohnya dapat dilihat seperti Tabel 3 .


1.  Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
     Limbah  Bahan  Berbahaya  dan  Beracun (B3)  didefinisikan  sebagai  limbah  atau kombinasi  limbah  yang  karena  kuantitas, konsentrasi,  atau  sifat  fisika  dan  kimia  atau yang  memiliki  karakteristik  cepat  menyebar, mungkin  yang  merupakan  penyebab meningkatnya  angka  penyakit  dan  kematian, juga  memiliki  potensi  yang  berbahaya  bagi kesehatan  manusia  dan  lingkungan  ketika tidak  sesuai  pada  saat  diperlakukan,  dalam penyimpanan,  transportasi,  atau  dalam
penempatan dan pengolahan (Anonim, 2006). Berdasarkan  PP  No.  18  Tahun  1999  Jo PP No. 85 Tahun 1999 limbah yang termasuk limbah  B3  adalah  limbah  yang  memenuhi salah  satu  atau  lebih  karakteristik  sebagai berikut :
1.  Limbah mudah meledak
2.  Limbah mudah terbakar
3.  Limbah yang bersifat reaktif
4.  Limbah beracun
5.  Limbah yang menyebabkan infeksi
6.  Limbah bersifat korosif

Dalam Identifikasi limbah B3 berdasarkan PP No. 18 Tahun 1999 Jo PP No. 85 Tahun 1999 adalah sebagai berikut:
1.  Limbah B-3 dari sumber tidak spesifik
2.  Limbah B-3 dari sumber spesifik
3.  Limbah B-3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, sisa kemasan (Anonim, 2006)

2.  Limbah  Padat  Industri  Perakitan Kendaraan Bermotor
      Berdasar  Peraturan  Pemerintah  No.  85 tahun  1999  tentang  perubahan  Peraturan Pemerintah  No.  18  tahun  1999  yang  berisi Pengelolaan  Limbah  B3,  maka  pada  industri perakitan  kendaraan  bermotor  terdapat limbah  B3  dari  sumber  spesifik.  Sumber pencemaran  berasal  dari  seluruh  proses fabrikasi  dan  finishing  logam,  manufaktur mesin  dan  suku  cadang,  dan  juga  perakitan itu  sendiri.  Atau  lebih  jelasnya  berasal  dari sludge  proses  produksi,  pelarut  bekas  dan
cairan  pencuci,  residu  proses  produksi, sludge  dari  IPAL.  Sumber  pencemaran utamanya  yaitu  logam  dan  logam  berat  ( terutama As, Cd, Br, Cr, Pb, Ag, Hg, Cu, Zn, Se, Sn ), nitrat, residu cat, minyak dan gemuk, senyawa  amonia,  pelarut  mudah  terbakar, asbestos, larutan asam (Anonim 2006).

3.  Pengelolaan Limbah B3
Prinsip-Prinsip  Dasar  Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) 
a.  Minimasi Limbah
b.  Polluters Pays Principle
c.  Pengolahan dan Penimbunan Limbah B3 di Dekat Sumber
d.  Pembangunan  Berkelanjutan Berwawasan Lingkungan
e.  Konsep “Cradle to Grave” dan “Cradle to Cradle”
f.  Konsep  “Cradle  To  Grave”  ialah  upaya pengelolaan  limbah  B3  secara  sistematis yang  mengatur,  mengontrol,  dan  memonitor perjalanan  limbah  dari  mulai  terbentuknya limbah  sampai  terkubur  pada  penanganan akhir. Sedangkan Konsep “Cradle To Cradle” adalah  konsep  baru  didalam  suatu  produksi industri  yang  berwawasan  lingkungan. Pengertian  dari  konsep  ini  adalah  suatu model  dari  sistem  industri  dimana material/bahan mengalir sesuai dengan siklus
biologi.


4.  Aspek Pengelolaan

    Untuk penjelasannya adalah sebagai berikut:

a.  Pengaturan (legal)

    Peraturan  yang  mengatur  tentang prosedur pengelolaan limbah B3 secara benar sehingga  tidak  menimbulkan  perusakan lingkungan hidup yang dapat membahayakan kehidupan manusia dan makhluk lainnya.

b.  Institusi, 

   Perijinan dan Pengawasan Pihak-pihak  yang  terkait  dengan  proses pengelolaan  limbah  B3  tersebut  (Badan Institusi  kontrol,  penghasil,  pengumpul, pengangkut,  pendaur,  pengolah,  pemusnah, dan pemerintah)

c.  Teknis operasional
    Cara pengelolaan limbah B3 secara benar dilapangan  agar  tidak  membahayakan  bagi lingkungan sekitar. Aspek yang terkait dengan teknik operasional ialah:
1.  Identifikasi (Identification) limbah B3
2.  Penyimpanan (Storage) limbah B3
3.  Pengumpulan (Collect) limbah B3
4.  Pengangkutan (Transport) limbah B3
5.  Pengolahan (Treatment) limbah B3
6.  Pelabelan limbah B3
7.  Pemusnahan (Dispose)limbah B3


d.  Pembiayaan
Faktor  yang  sangat  berpengaruh  pada  proses  pengelolaan  limbah  B3  di  Indonesia karena  biaya  untuk  melaksanakan  prosedur pengelolaan secara benar masih cukup mahal sehingga  mengakibatkan  masih  banyak industri  yang  tidak  mampu  melaksanakan prosedur tersebut. (Anonim, 2006).


5.  Pengolahan Limbah B3
Wentz  (1995)  dan  Freeman  (1998) menyebutkan  bahwa  pengolahan  limbah  B-3 adalah  proses  untuk  mengubah  karakteristik dan  komposisi  limbah  B-3  untuk menghilangkan  dan  atau  mengurangi  sifat bahaya  dan/atau  sifat  racun.  Proses pengubahan  karakteristik  dan  komposisi
limbah  B-3  dilakukan  agar  limbah  tersebut tidak berbahaya dan beracun. Insinerasi  adalah  proses  terkontrol  untuk perubahan  limbah  padat  teroksidasi,  limbah cair,  atau  limbah  gas  mudah  terbakar (combustible)  yang  menghasilkan  karbon dioksida, air dan abu. Insinerasi sering dipilih sebagai  metode  pembuangan  akhir  pada industri.  Insinerator  yang  bagus  dapat
mengurangi  berat  dan  volume  limbah  sekitar 95%,  tetapi  hal  ini  tergantung  jumlah  abu.
Insinerator  tidak  diciptakan  untuk  membakar gelas  dan  logam  (material  anorganik),  tetapi dirancang  untuk  membakar  material  organik yang  mengandung  karbon,  hidrogen  dan
oksigen (Conway et al., 1980).

Sumber Referensi :
  1. Jurnal MANAJEMEN BAHAN KIMIA BERBAHAYA DAN BERACUN SEBAGAI UPAYA KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA SERTA PERLINDUNGAN LINGKUNGAN oleh Nur Tri Harjanto, Suliyanto, Endang Sukesi I. Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir – BATAN.
  2. Jurnal PENERAPAN PENGELOLAAN LIMBAH B3 DI PT. TOYOTA MOTOR MANUFACTURING INDONESIA Oleh Cesar Ray Ratman dan Syafrudin. Alumni Program Studi Teknik Lingkungan FT UNDIP  Program Studi Teknik Lingkungan FT UNDIP, Jl. Prof. H. Sudarto, SH Tembalang Semarang.
03-07-2015 
ARYO YUDHA UTAMA 

Tuesday 30 June 2015

review jurnal

 RELASI SISTEM MANAJEMEN LINGKUNGAN ISO 14001 DAN KINERJA KEUANGAN
 

Oleh: Memed Sueb, Maria Nety Indramayu Keraf
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjajaran, Bandung, Indonesia
Jurnal Dinamika Manajemen
JDM Vol. 3, No. 1, 2012, pp: 69-75

Pendahuluan

Perhatian masyarakat yang semakin besar terhadap pentingnya tanggung jawab sosial perusahaan antara lain dikarenakan timbulnya dampak negatif operasi perusahaan terhadap lingkungan yang semakin tidak dapat ditolelir. Masyarakat menghendaki agar perusahaan lebih menaruh perhatian terhadap kegiatan yang dapat meminimalkan polusi dan menggunakan sumber daya alam secara efektif dan efisien (Schaltegger & Synnestvedt, 2002), karena konsumen saat ini tidak hanya berfokus pada harga, kualitas dan pelayanan saja, namun juga terhadap kegiatan bisnis perusahaan. Masyarakat juga memiliki perhatian pada bagaimana perusahaan memperlakukan karyawannya, apakah perusahaan yang berinvestasi di tengah masyarakat, telah memperhatikan masyarakat yang berada di sekitarnya, dan apakah perusahaan peduli terhadap lingkungan sehingga memiliki stabilitas untuk keberlanjutannya (Nishitani, 2009).

International Organisation for Standardization telah mengembangkan suatu standar internasional tentang lingkungan, yaitu Sistem Manajemen Lingkungan (SML) ISO 14001 yang telah diadopsi oleh berbagai industri di dunia. SML ISO 14001 terdiri dari lima elemen utama yaitu: 1) kebijakan lingkungan; 2) perencanaan lingkungan; 3) pelaksanaan dan pengoperasian; 4) tindakan pemeriksaan dan perbaikan; serta 5) pengkajian manajemen (Badan Standarisasi Nasional, 2011).

Keuntungan ekonomi yang dapat diperoleh dari SML ISO 14001 antara lain memperbaiki kinerja lingkungan secara keseluruhan, menghasilkan suatu kerangka kerja dalam upaya untuk pencegahan polusi, meningkatkan efisiensi dan penghematan biaya potensial, dan meningkatkan citra perusahaan.

Beberapa penelitian telah berhasil membuktikan bahwa perusahaan yang telah memperoleh sertifikasi SML ISO 14001 mendapatkan keuntungan seperti peningkatan citra perusahaan (Clements, 1996), perbaikan yang berkelanjutan dan efisiensi biaya manufaktur (Ratnasingam et al., 2009), serta image perusahaan (Haslindan & Fuong, 2010).

Penelitian mengenai relasi kinerja lingkungan dan kinerja keuangan telah banyak dilakukan dan menghasikan temuan yang beragam (Sarumpaet, 2005; Ratnasingam et al., 2009; Haslindan & Fuong, 2010), akan tetapi penelitian yang berupaya khusus mengupas pengaruh kelima prinsip utama SML ISO 14001 terhadap kinerja keuangan belum banyak dilakukan utama dari sudut bagaimana standar tersebut diimplementasikan.

Persyaratan dalam ISO 14001 untuk menginventarisasi aspek lingkungan yang penting, menunjukkan perlunya meningkatkan kesadaran dan kepedulian atas dimensi lingkungan dari kegiatan produk atau jasa (Schaltegger & Synnestvedt, 2002).

Penerapan SML ISO 14001 di dunia semakin meningkat disebabkan oleh perkembangan lingkungan strategis, perubahan tuntutan dan perilaku konsumen yang meliputi trend pasar internasional bagi segala macam produk saat ini yang menurut standar kualitas, trend perkembangan bisnis di masa depan semakin dilengkapi oleh tuntutan dan persyaratan teknikal dari konsumen yang menginginkan produk yang berkualitas dan ramah lingkungan (Atantya, 2005; Shen & Qin, 2011). Keberhasilan manajemen dalam mengelola perusahaan dicerminkan dari kinerja yang dicapainya.

Oleh karena itu, manajer akan mempertimbangkan dampak positif dan negatif yang akan terjadi sebagai akibat penerapan suatu kebijakan termaksud penerapan SML ISO 14001.


Metode

Objek penelitian terdiri variabel eksogenus atau variabel penyebab yaitu sistem manajemen lingkungan dan variabel endogenus atau variabel akibat yaitu kinerja keuangan. Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan analisis kausalitas. Populasi penelitian adalah perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia yang juga sudah mendapatkan sertifikasi SML ISO 14001 pada tahun 2008 sebanyak sepuluh perusahaan. Cara pengambilan data menggunakan kuesioner yang diberikan kepada penanggung jawab bagian lingkungan di setiap perusahaan guna mengetahui implementasi SML ISO 14001. Hipotesis diuji menggunakan tehnik analisis jalur dengan persamaan sebagai berikut:
Hasil dan Pembahasan

Koefisien jalur dari variabel kebijakan lingkungan terhadap perencanaan lingkungan adalah 0,5671, dengan demikian besarnya bobot pengaruh dari kebijakan lingkungan terhadap perencanaan lingkungan adalah sebesar 0,5671 dengan arah positif, artinya perusahaan industri yang telah memperoleh sertifikasi ISO 14001 dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) yang memiliki kebijakan lingkungan yang baik cenderung menghasilkan perencanaan lingkungan yang baik pula.

Tujuan dan sasaran lingkungan adalah cita-cita lingkungan secara menyeluruh yang timbul dari kebijakan lingkungan yang telah ditentukan oleh organisasi itu sendiri untuk mencapai dan dikuantifikasikan bila memungkinkan. Program manajemen lingkungan adalah suatu kerangka kerja dari kegiatan menyeluruh yang digunakan untuk memenuhi kebijakan lingkungan, kesesuaian dengan ketentuan lingkungan dan perbaikan terus menerus.

Koefisian jalur dari variabel perencanaan lingkungan terhadap penerapan dan operasi adalah 0,6870, dengan demikian besarnya bobot pengaruh dari perencanaan lingkungan terhadap penerapan dan operasi adalah sebesar 0,6870 dengan arah positif, artinya perusahaan industri yang telah memperoleh sertifikasi ISO 14001 dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang memiliki perencanaan lingkungan yang baik cenderung menghasilkan penerapan dan operasi yang lebih baik pula.

Koefisien jalur dari variabel dari penerapan dan operasi terhadap tindakan pemeriksaan dan perbaikan adalah 0,5698, dengan demikian besarnya bobot pengaruh dari penerapan dan operasi terhadap tindakan pemeriksaan dan perbaikan adalah sebesar 0,5698 dengan arah positif. Hal ini berarti, perusahaan industri yang telah memperoleh sertifikasi ISO 14001 dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang telah melakukan penerapan dan operasi dengan baik cenderung menghasilkan tindakan pemeriksaan dan perbaikan yang baik pula.

Koefisien jalur dari variabel tindakan pemeriksaan dan perbaikan terhadap pengkajian manajemen adalah 0,5572, dengan demikian besarnya bobot pengaruh dari tindakan pemeriksaan dan perbaikan terhadap pengkajian manajemen adalah sebesar 0,5572 dengan arah positif. Hal ini berarti perusahaan industri yang telah memperoleh sertifikasi ISO 14001 dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang telah melakukan tindakan pemeriksaan dan perbaikan dengan baik cenderung menghasilkan pengkajian manajemen yang baik pula.
Simpulan dan Saran

Kesimpulan yang dapat ditarik hasil penelitian ini adalah antara elemen sistem manajemen lingkungan yang satu dengan lainnya mempunyai hubungan dan saling mempengaruhi. Elemen yang mempunyai hubungan paling kuat adalah penerapan dan operasi dan pengkajian manajemen, sedangkan elemen yang mempunyai hubungan paling lemah adalah kebijakan lingkungan dan tindakan pemeriksaan dan perbaikan. Implementasi sistem manajemen lingkungan berpengaruh positif terhadap pencapaian kinerja keuangan pada perusahaan yang sudah memperoleh sertifikat ISO 14001 dan terdaftar di Bursa Efek Indonesia. 

Penerapan dan operasi merupakan salah satu elemen SML ISO 14001 yang sangat berpengaruh dalam pencapaian kinerja keuangan. Penelitian ini dilakukan terhadap perusahaan yang listing di Bursa Efek Indonesia yang sudah mendapatkan sertifikasi ISO 14001. Penelitian yang akan datang dapat manambah variabel lain seperti ukuran perusahaan, usia perolehan sertifikasi maupun jenis industri pada objek yang berbeda, yaitu Bursa Efek di Asia Tenggara, Asia maupun Eropa.

Pencemaran Air

Urgensi Air

Oleh : ARYO YUDHA UTAMA.

Definisi Air
    Banyak sekali definisi tentang air. Tatapi kami disini hanya memberikan satu definisi tentang air yaitu Air adalah senyawa kimia dengan rumus kimia H2O, artinya satu molekul air  tersusun  atas  dua  atom  hidrogen  yang  terikat  secara kovalen  pada  satu  atom oksigen. 

Jumlah Air yang ada di Bumi 

Seperti yang tampak pada gambar di atas, bahwa air yang ada dibumi 97% nya merupakan air laut yakni air asin yang tidak bisa dikonsumsi secara langsung oleh manusia karena mengandung garam yang jika dikonsumsi berlebih akan menimbulkan efek buruk. Bukan itu saja, saat meminumnya pun tidak akan pernah sesegar meminum air putih yang kita kenal.
Bagaimana dengan 3% air lainnya. Sisa air selain air laut dibumi berada kebanyakan sekitar 68,7 % merupakan es di kutub dan glasier, 30% nya merupakan air tanah dan 0,9 persen merupakan air yang tersebar belum diidentifikasi, kemudian 0,3% nya merupakan air di sungai, danau, kali, dan waduk.
Maka hanya 30,1 persen dari 100% distribusi air yang ada dibumi atau sekitar 3% bahkan menurut Analis dari Fidelity Investments, LLC air bersih hanya tinggal 1 % lagi yang bisa diakses dan digunakan dari 2,5% air bersih yang masih tersedia dan tentu saja setiap harinya persediaan air makin berkurang seiring dengan pertambahan jumlah penduduk dunia.
  
Fungsi Air sebagai sumber kehidupan
 Fungsi air juga merupakan zat yang sangat dibutuhan selain udara dan tidak seorangpun dapat bertahan hidup lebih dari 4-5 hari tanpa minum air. Selain itu, air juga dipergunakan untuk memasak, mencuci, mandi, dan membersihkan kotoran yang ada di sekitar rumah. Air juga digunakan untuk keperluan industri, pertanian, pemadam kebakaran, tempat rekreasi, transportasi, dan lain-lain. Akan tetapi, air bisa menjadi petaka jika kita tidak bisa merawat sumbernya. Air bisa menjadi perantara penyakit-penyakit yang menyerang manusia. Oleh karena itu, untuk merasakan manfaat air bagi kehidupan khususnya bagi kesehatan tubuh. Akan lebih bijak jika kita merawat keberadaan sumber air yang ada.

air
Manfaat Air
Keberadaan manfaat air bagi kesehatan tubuh sangat penting dimana air adalah sumber kehidupan. Kemampuan air bisa memperbaiki daya tahan tubuh karena air dapat menaikkan simpanan glycogen, suatu bentuk dari karbohidrat yang tersimpan dalam otot dan
digunakan sebagai energi saat kita sedang beraktifitas atau pun bekerja. Air juga membantu kita untuk menahan rasa lapar dimana kita ketahui bahwa rasa lapar kadang merupakan penyamaran dari rasa haus. Sewaktu kita mengalami dehidrasi kita akan berpikir kalau kita sedang lapar dan mungkin merasa ingin makan padahal yang kita butuhkan sebenarnya adalah air.

Kita juga dapat memanfaatkan efek dari rasa kenyang setelah minum air yang berkhasiat untuk membantu kita dalam mengatur pola makan dan mencegah makan berlebihan. Keberadaan air mampu mengurangi resiko terserang beberapa penyakit. Khususnya penyakit yang sering berhubungan dengan batu ginjal, kanker saluran kencing, kanker kandung kemih, dan kanker usus besar. Dengan meminum air secara teratur akan menghindarkan kita dari gangguan pencernaan yang berakibat sembelit. Tidak hanya itu, air bisa digunakan sebagai obat alami untuk mengatasi masuk angina dan pilek. Hal itu karena antibodi dalam lendir yang melapisi kerongkongan berfungsi untuk menjerat virus pilek. Daya tahan ini akan melemah apabila Anda dehidrasi.

Sebagai catatan banyak ahli kesehatan merekomendasikan air sebagai ekspektoran yang efektif untuk mengurangi batuk. Selain itu, air juga bisa digunakan untuk melembabkan wajah seperti manfaat vitamin E untuk kulit serta bisa mengurangi kerutan pada wajah karena kelembaban wajah selalu terjaga. Dengan minum air, kita bisa mengurangi rasa sakit kepala dan migran yang disebabkan oleh dehidrasi. Oleh sebab itu, konsumsilah air yang cukup agar kita bisa merasakan manfaat air yang sesungguhnya.

Selain manfaat air untuk kesehatan sangat jelas, ternyata air juga memiliki fungsi utama bagi kehidupan, fungsi air tersebut adalah;
  • Membentuk sel-sel baru, memelihara dan mengganti sel-sel yang rusa
  • Melarutkan dan membawa nutrisi-nutrisi, oksigen dan hormon ke seluruh sel tubuh yang membutuhkan
  • Melarutkan dan mengeluarkan sampah-sampah dan racun dari dalam tubuh kita
  • Katalisator dalam metabolisme tubuh serta mampu meredam benturan bagi organ vital
  • Pelumas bagi sendi-sendi dan menstabilkan suhu tubuh
Demikianlah manfaat air berdasarkan fungsinya. Dengan menggunakan air secukupnya khususnya minum, tubuh kita akan selalu segar dan kesehatan tetap terjaga.

 
Fungsi dan Peran Air bagi Kehidupan Manusia
Salah satu kebutuhan pokok sehari-hari makhluk hidup di dunia ini yang tidak dapat terpisahkan adalah Air. Tidak hanya penting bagi manusia Air merupakan bagian yang penting bagi makhluk hidup baik hewan dan tubuhan. Tanpa air kemungkinan tidak ada kehidupan di dunia inti karena semua makhluk hidup sangat memerlukan air untuk bertahan hidup.
Manusia mungkin dapat hidup beberapa hari akan tetapi manusia tidak akan bertahan selama beberapa hari jika tidak minum karena  sudah mutlak bahwa sebagian besar zat pembentuk tubuh manusia itu terdiri dari 73% adalah air.
Jadi bukan hal yang baru jika kehidupan yang ada di dunia ini dapat terus berlangsung karen tersedianya Air yang cukup.
Dalam usaha mempertahankan kelangsungan hidupnya, manusia berupaya mengadakan air yang cukup bagi dirinya sendiri.
Berikut ini air merupakan kebutuhan pokok bagi manusia dengan segala macam kegiatannya, antara lain digunakan untuk:
  • keperluan rumah tangga, misalnya untuk minum, masak, mandi, cuci dan pekerjaan lainnya,
  • keperluan umum, misalnya untuk kebersihan jalan dan pasar, pengangkutan air limbah, hiasan kota, tempat rekreasi dan lain-lainnya.
  • keperluan industri, misalnya untuk pabrik dan bangunan pembangkit tenaga listrik.
  • keperluan perdagangan, misalnya untuk hotel, restoran, dll.
  • keperluan pertanian dan peternakan
  • keperluan pelayaran dan lain sebagainya
Oleh karena itulah air sangat berfungsi dan berperan bagi kehidupan makhluk hidup di bumi ini. Penting bagi kita sebagai manusia untuk tetap selalu melestarikan dan menjaga agar air yang kita gunakan tetap terjaga kelestariannya dengan melakukan pengelolaan air yang baik seperti penghematan, tidak membuang sampah dan limbah yang dapat membuat pencemaran air sehingga dapat menggangu ekosistem yang ada.

Krisis Air Melanda Indonesia


Krisis air bersih melanda Indonesia padahal Indonesia merupakan negara yang kaya akan. Indonesia memiliki enam persen persediaan air dunia atau sekitar 21% dari persediaan air Asia Pasifik, namun pada kenyataannya dari tahun ke tahun Indonesia mengalami krisis air bersih. Indikasi krisis air bersih dapat dilihat dari kondisi air yang digambarkan berdasarkan kualitas (mutu) air dan dan ketersediaan (volume) air yang terdapat di Indonesia.
  Air tawar, sebagai air bersih, bersumber dari curah hujan yang kemudian tertampung pada danau, situ, sungai, maupun cekungan air tanah. Indonesia memiliki lebih dari 500 danau dan Cekungan air di Indonesia diperkirakan mempunyai total volume sebesar 308 juta meter kubik.
   Dari data tersebut Indonesia tidak terbantahkan sebagai negara yang kaya akan ketersediaan air. Sayangnya potensi ketersediaan air bersih dari tahun ke tahun cenderung berkurang akibat rusaknya daerah tangkapan air dan pencemaran lingkungan yang diperkirakan sebesar 15–35% per kapita per tahun. Padahal di lain pihak kecenderungan konsumsi air bersih justru naik secara eksponensial.
Kualitas air berkaitan dengan kelayakan pemanfaat air untuk untuk berbagai kebutuhan. Kualitas air juga berhubungan dengan volume dan daya pulih air (self purification) untuk menerima beban pencemaran dalam jumlah tertentu. Dan kelayakan air, terutama untuk minum, di Indonesia telah mencapai ambang yang sangat memprihatinkan.

contoh kasus kelangkaan air 
Seorang warga Bali sedang memandikan hewan peliharaannya dengan suplai air yang minim. Foto oleh Anton Muhajir/Rappler  

 

Air tak mengalir seperti dulu di persawahan Bali. Warga harus gunakan selang untuk mengairi sawah mereka. Foto oleh Anton Muhajir/Rappler
Intan, teman saya yang juga staf lembaga swadaya masyarakat (LSM) di Denpasar, tidak sendiri. Teman saya lainnya, Agus Sumberdana, juga pernah jadi korban krisis air.
Dulunya, keluarga Agus tinggal di daerah Sidakarya, Denpasar Selatan. Orang tuanya bekerja membuat dan menjual taoge. Pembuatan taoge memerlukan air tawar dan bersih, sesuatu yang semula mudah didapatkan. Namun, sejak sekitar lima tahun lalu, mereka terpaksa pindah ke Beraban, Tabanan, sekitar 15 km dari Denpasar.
Air sumur di rumah lama mereka di Denpasar makin asin. Tidak bisa dipakai untuk menyiram dan merendam kedelai agar menjadi taoge.
Asinnya air sumur di rumah Agus tersebut karena intrusi air laut ke sumur-sumur warga. Rumah mereka berjarak sekitar 2 km dari pantai. “Dulu airnya tawar biasa saja. Tapi sekarang makin asin,” kata Agus dalam sebuah obrolan.
Jika contoh kasus Intan dan Agus masih kurang, maka mari ke Jatiluwih, di kaki Gunung Batukaru, Tabanan. Kawasan ini berada di bagian hulu Bali, di mana pasokan air untuk sebagian besar warga pulau ini berasal. Toh, petani di sini pun mulai merasakan kekurangan air tersebut.
Sekitar tiga tahun lalu di Jatiluwih, saya bertemu seorang ibu petani yang sedang menyiram padi di sawahnya dengan selang. Dia melakukannya karena air memang makin berkurang. Ibu petani itu kemudian bercerita. Dulu dia cukup mengalirkan air lewat saluran-saluran di sawah. Kini, ketika air tak lagi mengalir lancar lewat saluran, maka dia terpaksa memakai selang.
Contoh-contoh tersebut akan makin panjang jika ditelusuri ke rumah-rumah warga maupun pedalaman Bali. Namun, fakta-fakta itu tidak akan terasa jika kita berada di fasilitas-fasilitas pariwisata seperti vila dan hotel. Mereka selalu menyediakan air berlimpah di kamar mandi ataupun kolam renangnya.
Seperti disindir Intan, hotel dan vila tak pernah kekurangan air. Air di kolam renang mereka selalu berlimpah ketika sumur dan bak mandi warga makin kering.

Cara Mengatasi Krisis Air Bersih

 Berdasarkan kondisi air (kualitas maupun ketersediaan) di Indonesia, potensi sebagai negara yang kaya air tidak mampu menghindarkan Indonesia dari krisis air bersih. Setiap kali musim kemarau tiba berbagai daerah mengalami kekeringan air. Bahkan ketika musim penghujan pun krisis air bersih tetap mengintai lantaran surplus air yang kerap mengakibatkan banjir sehingga sumber air tidak dapat termanfaatkan.
Krisis air bersih membuat sebagian besar penduduk Indonesia musti mengkonsumsi air yang seharusnya tidak layak minum
Untuk mengatasi krisis air bersih paya penyelamatan lingkungan, termasuk di antaranya  penyelamatan sumber-sumber air, harus dilakukan secara terintegrasi dan berkelanjutan. Upaya penyelamatan lingkungan demi mengatasi krisis air bersih dapat dilakukan melalui:
  • Menggalakkan gerakan hemat air.
  • Menggalakkan gerakan menanam pohon seperti one man one tree (selama daur hidupnya pohon mampu menghasilkan 250 galon air).
  • Konservasi lahan, pelestarian hutan dan daerah aliran sungai (DAS).
  • Pembangunan tempat penampungan air hujan seperti situ, embung, dan waduk sehingga airnya bisa dimanfaatkan saat musim kemarau.
  • Mencegah seminimal mungkin air hujan terbuang ke laut dengan membuat sumur resapan air atau lubang resapan biopori.
  • Mengurangi pencemaran air baik oleh limbah rumah tangga, industri, pertanian maupun pertambangan.
  • Pengembangan teknologi desalinasi untuk mengolah air asin (laut) menjadi air tawar.
Dan kesemua itu musti dilakukan secara terintegrasi, berkelanjutan dan sesegera mungkin kecuali kalau kita memang menikmati dan bangga dengan krisis air bersih di negara yang kaya air. 

Tips menghemat Air


 berikut ini 10 langkah hemat air berikut ini. Dengan mencoba menerapkan 10 tips berikut, bukan hanya kita telah ikut menghemat lebih dari 70% konsumsi air per hari.  Tapi ketersediaan air tanah yang makin menipis pun bisa dijaga.


LANGKAH 1: Mandi dengan shower, daripada gayung dan bathtub
Mandi dengan gayung bisa menghabiskan seiktar 15 liter air sementara dengan bathtub, paling tidak 100-300 liter air habis.  Dengan pori yang membuat sebaran air lebih luas, menurut Nasrullah Salim, pemerhati masalah energi dan lingkungan, shower bisa menghemat air lebih dari 60%.

LANGKAH 2: Matikan kran ketika mencuci tangan, gosok gigi, bahkan ber-wudhu
Batasi konsumsi air dengan gelas atau gayung. Menurut Metropolitan Water District of Southern California (MWDSC), AS, hal ini sanggup menghemat 11 liter air per hari.  Tip dari Komunitas GreenLifestyle juga boleh ditiru.  Sediakan gayung berdiameter 15 cm.  Dengan solder kecil, lubangi dinding gayung bagian bawah.  Penuhi gayung dan gunakan kucuran airnya.

LANGKAH 3:  Cuci peralatan makan dan pakaian dengan air tampungan
Untuk membilas alat makan, gunakan air mengalir agar kotoran terbuang.  “Pakai shower untuk menghemat,” kata Nasrullah.  Tiap mencuci, kumpulkan alat makan dan pakaian kotor, lantas cuci sekaligus.  Penuhi kapasitas maksimal jika memakai mesin.

LANGKAH 4:  Tampung air bekas cucian tanpa deterjen untuk menyiram tanaman atau kloset
Menurut MWDSC, kegiatan ini bisa menghemat 750-1.150 liter air sebulannya.  Kita bisa juga menampung air hujan untuk menyiram tanaman, bahkan untuk minum setelah diolah terlebih dahulu.

LANGKAH 5:  Kurangi konsumsi barang yang “menyedot” air
Misalnya, kertas, daging, dan nasih putih.  Tahukah kita bahwa produksi selembar kertas ukuran A4 seberat 80 gram membutuhkan 10 liter air?  Produksi 1 kg daging sapi menghabiskan 15.500 liter air, sedangkan 1 kg beras putih membutuhkan 3.400 liter air.  Belum lagi air yang digunakan untuk memasak daging dan beras.  Silahkan klik http://www.waterfootprint.orguntuk informasi lebih lengkap.

LANGKAH 6:  Gunakan ulang alat makan dan pakaian jika belum terlalu kotor
Kalau kita sering berganti gelas, kita mengkonsumsi air lebih banyak untuk mencucinya.  Itu juga berlaku untuk pakaian yang belum kotor karena keringat atau noda.

LANGKAH 7:  Pakai sedikit deterjen untuk mencuci
“Membilas deterjen butuh lebih banyak air,” jelas staf divisi program AMPL (Air Minum dan Penyehatan Lingkungan), Dyota Condrorini.  Gunakan sabun bio-degradable dari bahan organik sehingga air bekasnya dapat dipakai ulang setelah disaring dengan sumur resapan.

LANGKAH 8:  Siram tanaman di pagi hari
Jika menyiram saat siang, matahari akan membuat air menguap sebelum diserap.  Usahakan menanam di musim hujan saja karena pada awal perkembangannya, tumbuhan membutuhkan lebih banyak air.

LANGKAH 9:  Kurangi frekuensi memotong rumput
Kita bisa menghemat 1.900-5.700 liter per bulan, menurut MWDSC.  Rumput yang lebih pendek butuh lebih banyak air.

LANGKAH 10:  Perbanyak bidang resapan di halamanMetode ini disebut biopori.  Tujuannya, air meresap ke dalam tanah daripada mengalir di permukaan.  Buat lubang silindris secara vertikal ke dalam tanah dengan diameter 10 cm dan kedalaman 100 cm.  Buat lubang lain dengan jarak 50-100 cm dari yang pertama.


 30-06-2015